Marquee

SELAMAT DATANG DI BLOG INI, SEMOGA BERMANFAAT BAGI ANDA, TERIMA KASIH

Senin, 29 September 2014

RADIASI

Pengertian Radiasi

Pengertian radiasi :
- Pancaran dan perambatan energi melalui materi atau ruang dalam bentuk gelombang elektro magnetik atau partikel

Contoh :
-perambatan panas,
-perambatan cahaya,
-perambatan gelombang radio

Sumber Radiasi

Sumber Radiasi Alam
1. Sumber Radiasi Kosmik
·partikel dan sinar yang berenergi tinggiimage
·Umumnya terdiri dari partikel proton. Dipengaruhi oleh medan magnet bumi.
.bergantung kepada ketinggian, radiasi semakin besar apabila posisinya semakin tinggi

image

Penerbangan pada ketinggian 13 km, ketinggian yang umum untuk penerbangan komersial, memberikan tambahan dosis 0,005 mSv (0,5 mrem) per jam penerbangan untuk setiap penumpang.

2. Sumber Radiasi Terestrial
•secara natural dipancarkan oleh radionuklida di dalam kerak bumi,
•Radiasi terestrial terbesar berasal dari Radon (Rn-222) dan Thoron (Rn-220)
•bergantung kepada konsentrasi sumber radiasi di dalam kerak bumi

image

Jika gas radon keluar dari tanah, gas radon akan terdispersi (tersebar) ke udara. Karena itu, konsentrasi radon di lingkungan udara terbuka akan kecil. Namun, jika gas radon memasuki ruangan tertutup, khususnya melalui lantai rumah, konsentrasinya akan meningkat

3. Sumber Radiasi di Dalam Tubuh
•berada di dalam tubuh manusia sejak dilahirkan
•atau masuk ke dalam tubuh manusia melalui makanan, minuman, pernafasan, atau luka.
•terutama diterima dari radionuklida C-14, H-3, K-40, radon.
•sumber lain seperti Pb-210 dan Po-210 banyak berasal dari ikan dan kerang-kerangan.
•Buah-buahan biasanya mengandung unsur K-40.
sinar kosmik yang ada pada sinar matahari berinteraksi dengan atom-atom karbon dari molekul CO2, hingga menghasilkan karbon 14; karbon ini selanjutnya mengalami proses asimilasi (fotosintesa) dalam daun-daunan berwarna hijau dan menjadi zat pati (hidrat arang); zat pati ini lalu dimakan dimakan oleh sapi atau kambing, yang akhirnya dikonsumsi manusia dalam bentuk daging hewan maupun air susunya.
Kalium adalah mineral yang dibutuhkan tubuh. Namun 4 di antara 10 ribu atom kalium yang ada di alam, memiliki isotop 40 yang termasuk zat radioaktif. Nah, sewaktu kita minum air, bersama dengan mineral lain seperti natrium, kalsium, dan yodium, maka kalium (yang di antaranya berisotop 40) akan masuk ke tubuh hingga ke dalam sel-sel penyusun tubuh.

Sumber Radiasi Buatan
1. Zat Radioaktif
•dibuat berdasarkan reaksi inti antara nuklida yang tidak radioaktif dengan neutron (reaksi fisi di dalam reaktor atom), aktivasi neutron, atau berdasarkan penembakan nuklida yang tidak radioaktif dengan partikel atau ion cepat
•bisa memancarkan jenis radiasi alpha, beta, gamma dan neutron.

2. Pesawat Pembangkit Radiasi
image
3. Akselerator
•alat yang digunakan untuk mempercepat partikel bermuatan (ion).
•untuk memproduksi zat radioaktif dengan proton berenergi tinggi, sinar-X berenergi tinggi dengan elektron yang dipercepat,
Contoh :
- akselerator linier (LINAC = linear accelerator) yang mempunyai lintasan garis lurus
-cyclotron yang mempunyai lintasan berbentuk lingkaran

4. Reaktor Nuklir
•Mekanisme utama
X + nt à Y1 + Y2 + nc + Q
X = inti yang dapat belah (fisil) seperti U-235
nt = neutron termal
Y1 dan Y2 = inti hasil belah yang radioaktif .
Nc = neutron cepat
Q = energi panas
•Energi panas dapat dimanfaatkan untuk menggerakan turbin sehingga dapat menghasilkan listrik (PLTN).

Pengendali Radiasi

FAKTOR PENGENDALIAN RADIASI EKSTERNA
• WAKTU —-> meminimalkan waktu pemaparan
• JARAK —-> memaksimalkan jarak dari sumber radiasi
• PENAHAN —-> memasang penahan radiasi yang sesuai dengan jenis
PENGENDALIAN RADIASI INTERNA
•Pengendalian Sumber Radiasi
–Pembatasan ZRA dengan aktivitas yang sesuai
–pembatasan penyebaran sumber radiasi, dengan: glove-box, lemari asam
•Pengendalian Lingkungan kerja
–disain gedung, ruangan, fasilitas fisik
–Pemantauan kontaminasi (langsung dan tak langsung)
–Dekontaminasi (cara fisika dan kimia)

SUMBER RADIASI INTERNA
  • sumber terbuka : menyebabkan kontaminasi
  • masuk ke dalam tubuh melalui :
               – inhalasi : jalur pernafasan
              – injesi : jalur pencernaan
             -penyerapan : melalui kulit / luka

PENGENDALIAN RADIASI INTERNA
•Pengendalian Pekerja Radiasi
–Penggunaan pakaian pelindung:
– baju laboratorium, coveralls, cap, sarung tangan, alas kaki khusus, atau shoe cover

PROTEKSI RADIASI

Proteksi radiasi

Proteksi Radiasi :
Adalah tindakan yang dilakukan untuk mengurangi pengaruh radiasi yang merusak akibat paparan radiasi
( PP Nomor 33 Tahun 2007 )

Tujuan Proteksi radiasi :
Mencegah terjadinya efek non-stokastik, dan membatasi peluang terjadinya efek stokastik.

Efek radiasi
Efek Stokastik :
•Tidak ada nilai ambang
•Probabilitas berbanding lurus dengan dosis
•Umumnya terjadi pada sel tunggal
•Misalnya: kanker, efek genetik
Contoh : Kanker.

Efek non-Stokastik :
–Adanya nilai dosis ambang ( dibawah dosis ini, efek radiasi tidak akan terjadi).
–Keparahan efek radiasi berbanding lurus dengan dosis
–Melibatkan sejumlah besar sel
Contoh : Kerusakan lensa mata, kemandulan, eritema.

skema efek radiasi:
image

Filosofi Proteksi Radiasi

Prinsip Proteksi Radiasi:
ALARA (as low as reasonably achieveable),
Dosis serendah yang dapat diterima akal sehat dengan mempertimbangkan aspek sosial dan ekonomi. 

Persyaratan Proteksi Radiasi :
-Justifikasi, Manfaat lebih besar dari risiko
-Limitasi dosis, Adanya nilai limitasi dosis
-Optimisasi, Penggunaan dosis yg optimal

image 

AZAS PROTEKSI RADIASI

OPTIMISASI
1.PAPARAN SERENDAH MUNGKIN YANG DAPAT DICAPAI (ALARA). 

2.PEMBATAS DOSIS UNTUK PERSONIL DAN ANGGOTA MASYARAKAT

a.Disain ruangan : ½ NBD
b.Pendamping pasien : 2 mSv selama pemeriksaan
c.Mencegah pengulangan paparan

3.TINGKAT PANDUAN PAPARAN MEDIK

TINGKAT PANDUAN PAPARAN
image

LIMITASI
Dari prinsip optimasi, paparan radiasi harus seminimal mungkin. Secara kuantitatif berapa? Nah, ini yang menjadi prinsip yang ketiga. Limitasi menyatakan bahwa dosis efektif terhadap individu harus DIBATASI sesuai dengan ambang dosis yang direkomendasikan, sehingga paparan radiasi yang mengenai manusia tidak memberikan efek apapun baik itu yang bersifat deterministik (seperti rusaknya sel darah merah, gonad) maupun yang bersifat probabilistik (misal resiko timbulnya kanker).

LIMITASI DOSIS
• Limitasi Dosis mengacu pada Nilai Batas Dosis (NBD)
• Dalam kondisi operasi normal
• Berlaku untuk
      – Pekerja Radiasi dan
      – Masyarakat
• Tidak berlaku untuk
     – Pasien
     – Pendamping pasien

NILAI BATAS DOSIS

NBD adalah dosis terbesar yang diizinkan oleh BAPETEN yang dapat diterima oleh pekerja radiasi dan anggota masyarakat dalam jangka waktu tertentu tanpa menimbulkan efek genetik dan somatik yang berarti akibat pemanfaatan tenaga nuklir.

NBD Pekerja radiasi :
•Dosis Efektif seluruh tubuh 20 mSv rata2 lima tahun
•Dosis efektif seluruh tubuh 50 mSv dalam 1 tahun tertentu
•Dosis Ekivalen untuk lensa mata 150 mSv dalam 1 tahun
•Dosis Ekivalen untuk kulit, tangan & kaki 500 mSv dalam 1 tahun

NBD Masyarakat Umum :
•Dosis Efektif seluruh tubuh 1 mSv dalam 1 tahun
•Dosis Ekivalen untuk lensa mata 15 mSv dalam 1 tahun
•Dosis Ekivalen untuk kulit 50 mSv dalam 1 tahun

Contoh :
image

Minggu, 28 September 2014

TEKNIK RADIOGRAFI BNO IVP

Prosedur pemeriksaan radiologi saluran kencing

Untuk mengetahui penyakit saluran kencing sebenarnya banyak cara yang bisa dilakukan diradiologi, Salah satunya adalah dengan menggunakan pemeriksaan radiologi BNO IVP.
 
APA ITU BNO IVP:
BNO IVP dalah pemeriksaan radiologi pada organ saluran kencing dimulai dari ginjal, ureter, dan kandung kencing dengan menggunakan bahan kontras yang dimasukan lewat pembuluh darah vena.
sebelum pemeriksaan dimulai pasien akan dilakukan skin test, dan skin IV alergi, dan pasien harus mengisi inform concern persetujuan tindakan, dan juga di tanyai mengenai riwayat penyakit pasien seperti halnya apakah pasien mempunyai riwayat gula (DM), riwayat jantung, riwayat hipertensi, dan yang lainnya sejelas mungkin agar pelaksanaanya nyaman dan aman bagi pasien, radiografer, dan radiolog.


INDIKASI :
  • Batu
  • Kelainan bawaan
  • Tumor
  • Duplikasi ureter & renal pelvis :bentuk ureter yg bercabang dan termasuk kelainan bawaan
  • Ektopik kidney : bentuk ginjal tidak normal dalam perkembangannya ke arah abomen (atas) spt tertahan pada daerah pelvis
  • Ginjal berbentuk spt ladam kuda
  • Pergerakan ginjal yg abnormal ( mal rotation) : dari medial ke ant/ post
  • Cystitis
  • Glomerulo nephritis
  • Hidronephrosisi : distensi dari renal pelvis dan sisten kalises dari ginjal yg disebabkan oleh obstruksi renal pelvis atau ureter
  • Hipertensi ginjal : meningkatnya tekanan darah pada ginjal melalui renal arteri
  • Obstruksi ginjal : obstruksi pada ginjal yg disebabkan oleh batu, trombosis dan trauma

KONTRA INDIKASI :
  • Alergi terhadap bahan kontras
  • Tidak adanya eksresi dari urine
  • Bisa terjadi gagal jantung
  • Gangguan pada hepar
  • Diabetes
  • Perforasi ureter
  • Gagal ginjal akut/ kronis
  • Hematuri

MANFAAT PEMERIKSAAN BNO-IVP:
Untuk menilai sistem kandung kencing, seberapa cepat pasien bisa menahan kandung kencing dalam proses buang air kecil.
Membantu diagnosa adanya gejala kencing darah, nyeri pinggang sebelah kanan atau kiri.
Untuk mendeteksi antara lain:
batu ginjal, pembesaran prostat, tumor ginjal, ureter, dan kandung kemih
Untuk mengetahui kelainan anatomi.

PERSIAPAN PASIEN:
Pasien harus diet makan sehari sebelum pemeriksaan seperti makan makanan lunak rendah serat bubur, boleh tambah telur, goreng, rebus, 12 jam sebelum pemeriksaan dimulai maka pasien harus tahan makan, namun boleh minum air putih.
Setelah makan malam pasien minum dulkolak tablet 4 biji, boleh di kasih jeda waktu 2 jam setelah makan malam.
pasien dianjurkan tidak merokok dan banyak bicara agar usus bersih dari udara.
pagi harinya pasien datang keradiologi untuk siap dilakukan pemeriksaan.

PERSIAPAN ALAT:
-X ray unit
-Spuit 20 cc
-wing needle 21
-nacl 20 cc
-antihistamin dexametason atau kalmetason.
-tornuquit
 -tensi 
-kapas alkohol
 -handscoon
 -media kontras 50 cc, disesuaikan berat badan pasien.

 PENYUNTIKAN BAHAN KONTRAS
YANG PERLU DITANYAKAN KEPADA PASIEN SEBELUM PENYUNTIKAN
  • Apakah alergi ?
  • Apa pernah mengalami demam, asma atau gatal-gatal?
  • Alergi thd obat-obatan ?
  • Alergi terhadap yodium?
  • Alergi terhadap beberapa jenis makanan
  • Apakah pernah dilakukan pem sinar-X dengan mendapat suntikan arteri/ vena?
REAKSI YG TIMBUL
  • Reaksi ringan dan sifatnya menimbulkan bahaya dan jarang digunakan obat anti histamin
  • Reaksi sedang diberikan pertolongan yg sederhana
  • Reaksi berat : jenis ini segera mendapatkan pertolongan baik pemeberian obat-obatan ataupun alat bantu lainnya ( pemunculan bisa segera/ belakangan ) jangan tinggalnya pasien sejak penyuntikan dan ditanyakan reaksi yg timbul
Reaksi ringan
a. Mual, muntah : dipersiapkan nierbeken (bengkok) dan juga handuk yg dibasahi kompres jika terasa mual, jangan diposiskan terlentang
b. gatal dan disertai bintik merah (hives)
c. rasa takut terhadap suntikan

Reaksi sedang
a. Timbul kemerahan yg telah melampaui batas ataupun muntah yg lebih : segera disuntikkan anti histamin utk menetralisis bahan kontras tsb

Reaksi Berat
a. Menurunnya tekana darah, berhentinya detak jantung dan juga pernapasan, kesadaran akan hilang, timbul kebiru-biruansusah bernapas, sesak penanggulanagan : harus tersedia trolly dan dilengkapai Peralatan utk pemulihan jantung ( cardiovascular resusciation equipment), oksigen portable, penyedot dan alat pengukur tekanan darah dan alat monitor .
obat anti histamin ( deladryl, kortison, kalmetason, dll)

PROSEDUR PENYUNTIKAN
  • Cuci tangan sampai bersih dan pakai sarung tangan
  • Pilih lengan yg disuntik dan pasang turniket
  • Raba daerah vena yang akan disuntik, kemudian bersihkan dengan kapas beralkohol
  • Dorong vena dengan telunjuk tanagn kiri, kemudian tusukkan jarum dengan kemiringan 20 – 45 dan jangan mendorong jarum terlalu dalamkrn bs menembus vena. Setelah jarum tepat pada posisinya dengan ditandai adanya arah masuk ke spuit maka turniket dilepas dan bahan kontras didorong perlahan-lahan. Stl BK habis disuntikkan maka tekan dgn menggunakan kapas alkohol pada bekas penyuntikan dan diplester , baru jarum dicabut

PROSEDURE PEMERIKSAAN :
Pasien ganti pakaian khusus pasien
pasien disuruh tidur terlentang
Pasien dilakukan foto polos
Kemudian dilakukan penyuntikan

setelah 5 menit waktu berjalan dilakukan foto, 15 menit, 30 menit, dan sampai 45/60 menit.
5 menit berfungsi untuk melihat fungsi calix ginjal
15 menit untuk melihat proximal sampai medial daripada ureter
30 menit untuk melihat ureter distal, / pelvic ureter junction, paosisi pasien yang terbaik pada menit ini adalah pasien prone.
45 jika pasien proses transportasi ginjal agak lambat, kemudian sampai medit ke 60 menit PM.

APA SAJA YANG AKAN DIALAMI OLEH PASIEN SELAMA PEMERIKSAAN:
pasien akan dilakukan penyuntikan pada vena cubiti/pergelangan lengan atas
Pasien terasa sedikit sakit pada saat dilakukan penyuntikan vena dan skin test
Pemeriksaan radiologi BNO IVP relatif nyaman “non invasif”
Jika terjadi reaksi alergi biasanya terjadi setelah 5 menit dari awal penyuntikan mediakontras.

Efek samping yang bisa timbul gatal, perut mual, bagian mata bengkak, kulit kemerah merahan.


MANFAAT:
“Pemeriksaan radiologi BNO – IVP” Adalah tindakan invasif minimal, bisa menyajikan informasi diagnostik secara rinci.

KETERBATASAN:
untuk melihat lebih rinci lagi bisa dilakukan MRI Dan ct scan. namun dirasa sudah cukup untuk menilai sebuah kelainan ginjal.

Resiko:
jika dilakukan eksposi yang berlebihan bisa menyebabkan kanker dalam jangka waktu lama, karena adanya efek non stokastik, maka dari itu setiap tindakan petugas harus melakukan azaz konsep ALARA.

TEKNIK RADIOGRAFI SINUSPARANASAL

Sinus Paranasal
Sinus Paranasal :
Kelompok anterior : sinus frontal, maksila, sel-sel anterior sinus ethmoid " muara dibawah konka media pada atau dekat infundibulum
Kelompok posterior : sel-sel posterior sinus ethmoid, sinus sfenoid " muara di berbagai tempat diatas konka media

image

Sinus maksilaris :
Merupakan sinus yang terbesar, bentuk piramid, dasar menghadap fosa nasalis, puncak kearah apeks prosesus zigomatikus os maksila

image

Sinus sphenoid
Terletak dalam korpus os ethmoid, dipisahkan oleh septum tulang yang tipis
image
Sinus frontal
Berhubungan dengan meatus medius melalui duktus nasofrontal
image
Sinus ethmoid
  • Terletak di kanan-kiri kavum nasi
  • Mempunyai bidang horisontal dan vertikal yang saling tegak lurus
  • Bidang horisontal :
                        ¨Superior : krista galli
                        ¨Inferior : lamina perpendikularis os ethmoid
                       ¨ Medial : lamina kribrosa
                       ¨Lateral : atap sel-sel ethmoid


TEKNIK RADIOGRAFI SINUSPARANASAL

PERSIAPAN :
A. ALAT : – Pesawat sinar-X
- Film dan kaset sesuai ukuran
- Soft bag
- Marker
- Grid/bucky
- dll.

B. PASIEN :
* Komunikasi dengan pasien
* Menghindarkan benda-benda yang mempengaruhi radiograf

PROYEKSI YANG DIGUNAKAN
Basic :
Lateral
¨PA (Waters Method)
¨PA (Caldwell Method)

Special :
- Submentovertex (SMV)
- PA Open-Mouth (Waters Method)
Patologi : sinusitis, osteomyelitis, sinus polyps

SPN LATERAL
  • ¨Posisi Pasien : Pasien tidur semi prone di atas meja pemeriksaan
  • ¨Posisi Obyek :
            ¨Kepala dirotasikan agar MSP kepala paralel dengan kaset/ meja pemeriksaan.
             ¨Atur interpopulari line (IPL) tegak lurus kaset/ meja pemeriksaan
             ¨Tempatkan 1 inchi inferior outer canthus pada pertengahan kaset
Arah sinar : tegak lurus kaset
Titik bidik : 1 inchi inferior outer canthus menuju tengah kaset (pertengahan antara outer canthus dan MAE.
FFD : 100 cm
Eksposi : tahan napas saat eksposi

image
Kriteria Radiograf :
Tampak sinus frontalis, sinus ethmoidalis, sinus maksilaris saling overlap dengan sinus spenoidalis
Tampak os maksila, os nasal os vomer, concha nasal dan os ethmoid

Struktur :
Sinus frontal, sinus sphenoid, maksila antrum, sphenoid ridge
Proc. anterior clinoid, proc posterior clinoid, dorsum sellae
Petrous ridge, ramus mandibulla

SPN PA Waters
Posisi Pasien: pasien tidur telungkup pada meja pemeriksaan dengan kedua tangan di samping kepala sebagai fiksasi 
Posisi Obyek :
¨MSP kepala di atur di tengah kaset dan diatur tegak lurus meja pemeriksaan
¨Atur dagu menempel pada kaset atau kepala diekstensikan hingga OML membentuk sudut 40° terhadap kaset
CR : Vertikal tegak lurus kaset
CP: Masuk occipitale melalui sella tursika keluar lewat acantion menuju tengah kaset (pada MSP setinggi acantion ke tengah kaset)
FFD : 100 cm
Eksposi : Tahan napas selama eksposi

image
Kriteria Radiograf :
¨Tampak sinus ethmoid, frontal dan maksila.
¨Tampak os zygomatikum, septum nasi, cavum, os nasal, eonchal nasal.
¨Tampak os petrosum di bawah sinus maksila.
¨Tampak vomer palatum lakrimale.
¨Tampak os mandibula dan air cell mastoid.


image

SPN PA Caldwall Ethmold
Posisi Pasien : pasien tidur telungkup pada meja pemeriksaan dengan kedua tangan disamping kepala sebagai fiksasi.
Posisi Obyek :
¨MSP dari kepala diatur di tengah kaset dan diatur tegak lurus.
¨Dahi dan hidung menempel kaset atau kepala di fleksikan hingga OML tegak lurus dengan kaset .
CR : <10˚-15˚ caudad.
CP : Pada glabela.
FFD: 100 cm
Eksposi : Tahan napas selama eksposi.

image

Kriteria Radiograf :
¨Tampak sinus maksila, frontal dan ethmoidal.
¨Tampak os frontal, fossa orbital, fossa nasal, septum nasi.
¨Tampak konka nasal, os maksila, os mandibula, os zygomatikum.
¨Tampak os mastoid, os petrosum, sinus maksila, dan gigi geligi.

SPN SUBMENTOVERTEX (SMV)
¨Posisi Pasien : Berdiri / erect
¨Posisi Obyek :
Atur MSP tegak lurus kaset/grid
Angkat dagu, leher full ekstensi sampai IOML paralel terhadap kaset/grid
Istirahatkan kepala pada puncak tengkorak
CR : tegak lurus terhadap IOML
CP : pertengahan antara sudut mandibula (4-5 cm di bawah symphisis mandibula)
FFD : 100 cm
Eksposi : tahan napas selama eksposi

image

Kriteria Radiograf :
¨Tampak sinus sphenoid, ethmoid, maksila dan nasal fossae
 
image

 
PA OPEN-MOUTH (Waters Method)
¨Posisi Pasien : pasien berdiri/erect
¨Posisi Obyek :
Atur MSP tegak lurus menuju tengah kaset/grid
Leher ekstensi, tempatkan dagu dan hidung berlawanan dengan permukaan kaset/grid
Pastikan tidak ada rotasi kepala
Atur OML membentuk sudut 37o terhadap kaset
Instruksikan pada pasien untuk membuka mulut
Atur acantion di tengah kaset
CR : horisontal tegak lurus kaset
CP : masuk ocipetal keluar melelui acantion menuju ke tengah kaset
FFD : 100 cm
Eksposi : tahan napas selama eksposi

image
Kriteria Radiograf :
¨Tampak sinus frontal, maksilari dan sphenoid
¨Tampak nasal fossae, proc. alveolar dan petrous ridge

image

Jumat, 26 September 2014

Injection Rate / Flow Rate pada ct scan kontras

 Injection Rate / Flow Rate pada ct scan kontras
Injection Rate / Flow Rate
Dalam pemberian ( penyuntikan ) media kontras diperlukan teknik kecepatan atau flow media kontras yang tepat untuk mendapatkan puncak penyangatan yang optimal terutama untuk pemeriksaan CT Angiografi. Karena alasan inilah pemeriksaan CT Angiografi membutuhkan flowrate yang lebih tinggi dibandingkan pemeriksaan CT rutin.


clip_image001

( Gambar. 3 ). Menunjukan grafik waktu dan puncak pencapaian penyangatan media kontras dengan perbedaan FlowRate.

Ketika Injection Rate ( flowrate ) ditingkatkan pada jumlah volume media kontras yang sama, puncak penyangatan media kontras akan meningkat dan waktu pencapaiannya lebih cepat.
Tidak hanya meningkatkan penyangatan kontras media pada arteri saja tapi dengan flowrate yang tinggi juga akan memberikan informasi / gambar yang menampilkan vase arteri dan vase vena pada saat bersamaan dengan baik.
Hal ini sangat berguna untuk pemeriksaan pada CT Abdomen multi fase atau pada pemeriksaan liver, pancreas dan ginjal.

Tips untuk Injection Rate :
– Untuk pemeriksaan CT Angio ( puncak penyangatan media kontras ada di daerah aorta ) arterial flowrate sekitar 5-8 ml/s, dan
– Untuk puncak penyangatan daerah liver / hepatic yang baik flowrate sekitar 3 – 5 ml / s.
Penyuntikan dengan kecepatan tinggi mengakibatkan perbedaan penyangatan media kontras beberapa phase sangat mencolok sehingga memungkinkan pengambilan scan dengan phase yang berbeda – beda ( multi phase ) misal pada pemeriksaan abdomen ( liver, pancreas dan ginjal) sehingga deteksi kelainan lebih baik.

Faktor – faktor yang mempengaruhi Enhancement ( penyangatan ) media kontras
Beberapa faktor penting yang mempengaruhi penyangatan media kontras dapat dikelompokan menjadi 3 kategori :

Faktor Pasien
Yang paling berpengaruh adalah “ body weight “ ( berat badan pasien ) dan “ cardiac output ” ( cardiovascular circulation time ).
Faktor yang lain tapi sedikit pengaruhnya adalah tinggi, gender, umur, akses vena, fungsi ginjal, dan variasi patologis yang ada pada pasien.

Body Weight ( Berat Badan Pasien )
Gambar di bawah ini menunjukan perbedaan tingkat penyangatan media kontras pada pasien dengan berat badan yang berbeda – beda.

clip_image001

Tips :
– Untuk menjaga kestabilan puncak penyangatan media kontras pada pasien gemuk, yang harus dilakukan adalah meningkatkan dosis Iodine ( Yodium ) dengan menambahkan volume ( ml ) dan / atau konsentrasi ( mg / ml ). Memperbesar flowrate juga dapat menambah penyangatan media kontras pada gambaran pembuluh darah.
Catatan : Waktu tempuh ( Time To Peak ) saat puncak penyangatan ternyata tidak terlalu dipengaruhi oleh berat tubuh pasien.

Cardiac Output ( cardiovascular circulation time )
Faktor yang paling mempengaruhi waktu pencapaian puncak penyangatan media kontras adalah Cardiac Output ( cardiovascular circulation time ). Jika Cardiac Output diturunkan, sirkulasi media kontras akan melambat, yang akan mengakibatkan keterlambatan pencapaian puncak enhancement pada arteri atau parenchym ( gambar. 2 ).

clip_image001[5]

( Gambar. 2 ). Menunjukan perbedaan waktu pencapaian puncak penyangatan media kontras dengan perbedaan Cardiac Output.
Pada pasien dengan Cardiac Output yang rendah mengakibatkan distribusi media kontras pada pusat sirkulasi peredaran darah sangat lambat dan untuk mendapatkan penyangatan kontras media tertinggi butuh waktu yang lebih lama dibandingkan pada pasien dengan Cardiac Output normal.

Tips :
– Ketika Waktu Scan menjadi hal yang penting, sangat dibutuhkan penghitungan / pencarian “ delay scan ” pada setiap masing – masing pasien dengan Cardiac Output yang berbeda – beda. Scan delay dapat dicari dengan menggunakan tehnik pemeriksaan “ test bolus atau bolus tracking ”.
Teknik Penyuntikan Media Kontras.
Yang berhubungan dengan faktor tersebut adalah sebagai berikut :
– Durasi Penyuntikan ( Vol / FR )
– Flowrate ( ml / s )
– Volume Media Kontras ( ml )
– Konsentrasi ( mg / ml )
– Penggunaan Saline Flushing ( NaCl )