Marquee

SELAMAT DATANG DI BLOG INI, SEMOGA BERMANFAAT BAGI ANDA, TERIMA KASIH

Rabu, 08 Oktober 2014

PEMERIKSAAN RADIOGRAFI SKULL “METHODE TOWNE”

PENDAHULUAN

1.1       Latar Belakang
            Pemeriksaan radiografi skull merupakan pemeriksaan radiografi yang relatif perlu diperhatikan, selain karena anatomi dari skull yang kompleks serta bentuk wajah dan variasi anatomis pada setiap orang berlainan immobilisasi maksimal juga sangat dibutuhkan untuk mendapatkan gambar radiograf skull yang berkualitas. Secara garis besar pemeriksaan skull dpat dipisahkan menjadi pemeriksaan tengkorak (skull), sinus, nasal bones, facial bones, orbita, zygoma dan mandibula.
Untuk pemeriksaan skull banyak memiliki variasi proyeksi yang digunakan, hal ini bertujuan untuk mendapatkan spesialisasi dan karakter gambaran radiograf yang berbeda dari masing-masing anatomi skull. Dan dalam kesempatan kali ini akan dibahas mengenai teknik pemerikaan radografi skull dengan methode towne            
1.2       Identifikasi Masalah
            Berdasarkan uraian di atas dapat diidentifikasikan masalah sebagai berikut :
1.      Bagaimana teknik pemeriksaan radiografi skull dengan menggunakan method towne .
2.      Bagaimana kriteria gambar yang dihasilkan melalui pemeriksaan skull dengan methode towne.

1.3.      Tujuan
            Dilihat dari latar belakang penulisan makalah ini maka dapat disimpulkan tujuan penulisan makalah ini menjadi dua yakni tujuan umum dan tujuan khusus.

1.3.1.         Tujuan Umum  Mahasiswa dapat memahami teknik pemeriksaan radiografi skull terutama towne methode.

1.3.2.         Tujuan Khusus
  1. Mengetahui posisi pasien dan persiapan lainnya yang perlu diperhatikan dalam pemeriksaan radiografi skull methode towne.
  2. Memahami kriteria gambaran radiograf yang tepat pada pemeriksaan methode towne.

1.4.      Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah :
1.      Memberikan gambaran mengenai pemeriksaan radiograf skull dengan methode towne secara jelas.
Memberikan pemahaman tentang kriteria gambaran radiograf methode towne yang baik dan benar.

TINJAUAN TEORI
2.1.      Anatomi Skull

Skull atau tengkorak membentuk rangka kepala dan muka, termasuk pula mandibula, yaitu tulang rahang bawah. Tengkorak terdiri atas 22 tulang (atau 28 tulang termasuk tulang telinga), dan ditambah lagi 2 atau lebih tulang-tulang rawan hidung yang menyempurnakan bagian anteroinferior dari dinding-dinding lateralis dan septum hidung (nasal). Adapun pembagiannya dapat di gambarkan sebagai berikut :
1.      8 buah tulang tengkorak (cranial bones)
Tulang – tulang yang berfungsi melindungi otak (gubah otak), terdiri dari :
·         1 os. Frontal
·         2 os. Parietal
·         1 os. Occipital
·         1 os. Ethmoid
·         1 os. Sphenoid
·         2 os. Temporal
·      Ditambah  
      2 Os. Maleus
·   2 Os. Inkus         -->>    os. telinga
·   2 Os. Stapes 

2.      14 tulang rangka muka (facial bones) Berfungsi memberi bentuk, struktur  pada wajah serta menyokong tulang-tulang di dalam wajah,  Melindungi bagian tepi atas sistem pernafasan dan saluran pencernaan,  Bersama-sama cranial membentuk lengkung mata (eye sockets), tediri dari :
·         2 os. maxillary bones
·         2 os. nasal
·         2 os. lacrimal
·         2 os. zygoma  (malar)
·         2 os. palatine
·         2 os. inferior nasal conchae
·         1 os. vomer
                        1 os. mandible



2.2.                 Landmark Dalam Pemeriksaan Radiografi Skull

Saat memposisikan kepala pasien, harus diperhatikan bentuk wajah dan variasi anatomis landmark untuk dapat menentukan bidang yang akan digunakan setepat mungkin disesuaikan dengan posisi kaset. Telinga, hidung, dan dagu bukanlah patokan yang tepat. bagian tubuh seperti mastoid tipos, dan orbital margin merupakan landmark yang tepat 
 Adapun beberapa garis anatomi yang digunakan sebagai landmark pemeriksaan radiografi skull antara lain :  

Gb. 2. Anterior Landmark



2.2.                 Teknik Pemeriksaan Radiografi Skull
Ada lima posisi dasar yang umumnya digunakan dalam pemeriksaan radiografi skull, yakni :
·         PA
·         PA Axial (Caldwell)
·         Lateral
·         AP Axial (Towne)
·         SMV (Submentovertical).
Ringkasan singkat mengenai proyeksi pemerikaan radiografi skull dapat dilihat pada tabel di bawah ini : 
Tabel 1. Proyeksi Pemeriksaan Radiografi Skull (dalam bahasa Inggris)


PEMBAHASAN DAN HASIL

3.1.      Towne Methode (AP Axial)
             Deskripsi :
            Meskipun metode towne menunjukkan keadaan umum, pada tahun 1912 Grashey mempresentasikan deskripsi pertamanya poyeksi AP Axial tulang kranium. Tahun 1926 Altschul merekomendasikan dengan tekanan dagu dan CR langsung melewati foramen magnum dngan sudut 400 ke caudad. Towne merkomendasikan bahwa dengan tekanan dagu, CR langsung MSP dari titik 3 inci (7,5 cm) di atas alis ke foramen magnum. Towne tidak spesifik memberikan sudut CR, tapi tentu saja ini akan tergantung pada kelenturan leher. 
Gb. 3. Towne Method

3.2.      Teknik Pemeriksaan Methode Towne
3.2.1.     Indikasi Pemeriksaan
   Berhubung menurut sumber yang di dapat tidak ada yang menyebutkan alasan klinis khusus mengenai penggunaan methode towne, maka dapat dikatakan penggunaan methode towne pada pemeriksaan skull bertujuan untuk mendapatkan detail gambaran anatomi daripada tulang oksipital dan foramen magnum. Di samping juga dorsum sellae, petrous bones, dan juga os. mastoids
            3.2.2.     Persiapan Pasien dan Persiapan Alat
            a. Persiapan Pasien
            Beberapa persiapan yang perlu dilakukan terhadap pasien antara lain : 
  • Melepaskan benda-benda logam yang dikenakan pasien di daerah yang akan diperiksa seperti : perhiasan-perhiasan logam agar tidak merusak gambar radiografi. 
  • Mempersilahkan pasien untuk mengganti pakaian yang dikenakan dengan baju khusus yang telah dipersiapkan sebelumnya.                       
   b. Persiapan Alat
Persiapan pada alat atau bahan yang akan digunakan pada saat pemeriksaan radiografi antara lain : 
  • Pesawat sinar-X (faktor eksposisi : kV, mA, S dan kondisi pesawat) 
  • Kaset dan film yang sesuai dengan daerah yang akan diperiksa (untuk method towne digunakan ukuran 10 x 12 inchi (24 x 30 cm) 
  • Marker (pemberi tanda R :right, L :left) 
  • Alat fiksasi (mencegah pergerakan objek seperti : sand bag, spoon, dsb)
            3.2.3.      Posisi Pasien 
    • Pasien dalam keadaan supine/duduk tegak, pusatkan MSP tubuh ke garis tengah grid. 
    • Tempatkan lengan dalam posisi yang nyaman dan atur bahu untuk dibaringkan dalam bidang horizontal yang sama. 
    • Pasien hyprshenic dalam posisi duduk tegak jika memungkinkan. 
    • Bila ini tidak memungkinkan, untuk menghasilkan proyeksi yang diinginkan pada bagian oksipital asal oleh penyudutan CR Caudad dengan mengangkat kepala dan mengaturnya dalam posisi horizontal. Stewart, merekomendasikan sudut 400. Proyeksi oksipitofrontal ditemukan oleh Hass dapat digunakan dalam proyeksi AP Axial pada pasien hypersthenic. 
    • Metode Hass  adalah kebalikan dari proyeksi AP Axial (Towne), tapi memberikan hasil sebanding.
            3.2.4.      Posisi Objek
    •  Atur pasien sehingga MSP tegak lurus dengan garis tengah kaset. 
    • Fleksikan leher secukupnya, garis orbito meatal tegak lurus ke bidang film. 
    • Bila pasien tidak dapat memfleksikan lehernya, aturlah aturlah sehingga garis infra orbito meatal tegaklurus dan kemudian menmbah sudut CR 70 . 
    • Untuk memperlihatkan bagian oksipito basal atur posisi film sehingga batas atas terletak pada puncak cranial. Pusatkan kaset pada foramen magum. 
    • Untuk membatasi gambaran dari dorsum sellae dan ptrous pyramid, atur kaset sehingga titik tengah akan bertepatan dengan CR 
    • Periksa kembali posisi dan imobilisasi kepala. 
    • Tahan napas saat ekspose. 
Gb. 4. Posisi Pasien method towne (supine)

3.2.5.   FFD (SID) : 40 inchi (96 cm)
            3.2.6.      Arah Sinar (CR) dan Titik Bidik (CP)
·         CR (central ray) = Untuk pemeriksaan umum, arahkan CR ke foramen magnum dengan penyudutan caudad (1) 300 ke garis orbito meatal atau (2) 370 ke garis infraorbitomeatal.
·         CP (central point) = diarahkan menuju MSP (mid sagittal plane) dengan titik kira-kira   2-2,5 inchi (6 cm) diatas glabella, dan diarahkan ke pertengahan film.
            3.2.7.      Struktur Gambar dan Kriteria Gambar
-  Struktur Gambar yang Tampak
Proyeksi AP Axial menunjukkan gambaran simetris dari petrous pyramid, bagian posterior, foramen magnum, tulang oksipital dan bagian posteiror tulang parietal, proyeksi dorsum sellae dan procesus clinoid dalam foramen magnum. Proyeksi ini juga digunakan untuk mempelajari tomographic telinga, canal wajah, foraminal jugular dan foramina rotundum.
- Kriteria Gambar
*  Hal-hal berikut seharusnya diperlihatkan dengan jelas :
·           Jarak dari batas lateral tengkorak ke tepi lateral foramen magnum sama kedua sisinya.
·           Petrous pyramid sama kedua sisinya.
·           Dorsum sellae dan procesus clinoid posterior tampak dalam foramen magnum
      Tulang oksipital dan foramen magnum harus tampak jelas

Gb. 5.
Kriteria gambar proyeksi AP Axial (towne method)
 
3.2.8.   Proteksi Radiasi
Untuk petugas
o   Atur jarak (min 1 m)
o   Shielding (pelindung Pb)
o   Waktu (s)
Untuk Pasien
o  Faktor Eksposi (kV, mA, s)
o  Shield gonads (apron) o Batasi lapangan / area penyinaran
 
 



Tabel 2. Faktor Eksposi Towne Methode
PENUTUP

3.1.      Kesimpulan
            Kesimpulan yang dapat ditarik dari penulisan makalah ini antara lain :
               i.          Methode towne pada pemeriksaan skull bertujuan untuk mendapatkan detail gambaran anatomi daripada tulang oksipital dan foramen magnum. Di samping juga dorsum sellae, petrous bones, dan juga os. Mastoids.

             ii.          Hal-hal berikut seharusnya diperlihatkan dengan jelas :
a.       Jarak dari batas lateral tengkorak ke tepi lateral foramen magnum sama kedua sisinya.
b.      Petrous pyramid sama kedua sisinya.
c.       Dorsum sellae dan procesus clinoid posterior tampak dalam foramen magnum
d.      Tulang oksipital dan foramen magnum harus tampak jelas

3.2.      Saran                            
            Beberapa saran yang ingin penyusun utarakan menyangkut penyusunan makalah ini antara lain :
·         Penggunaan methode towne dapat menghasilkan gambaran radiograf yang jelas dari oksipital dan foramen magnum pada pemeriksaan skull. Sehingga dalam dunia kerja nantinya proyeksi ini hendaknya dapat diaplikasikan semaksimal mungkin oleh seorang radiografer.
 
DAFTAR PUSTAKA

www.rtstudents.com. 1998, Radiography of The Skull By N.J.Oldnall; Tameside General Hospital

Greenfield, George B, MD, 1973, A Manual of Radiographic Positioning, Chicago: University of Health Sciences/The Chicago Medical School
 
 

Sumber :http://catatanradiograf.blogspot.com/2010/01/pemeriksaan-radiografi-skull-methode.html

Teknik Pemeriksaan Radiografi Skull

Teknik Pemeriksaan Radiografi Skull 

1. PA dan PA Axial Projection (Cadwell)
  • Posisi pasien : 
    • Duduk tegak atau prone
    • Atur MSP pada pertengahan lysolm
    • Fleksikan lengan , atur agar posisi tangan senyaman mungkin. 
  • Posisi obyek : 
    • Atur kepala dan hidung agar menepel kaset dan MSP tegak lurus kaset
    • Atur OML agar tegak luruskaset, tahan nafas saat eksposi
  • CR : 
    • PA = tegak lurus kaset
    • Cadwell = 15 derajat ke caudad
  • CP : Glabella 
    • Untuk menampakkan superior orbital fissur, arahkan berkas sinar pada pertengahan kedua orbita sebesar 25 derajat ke caudad 
    • Untuk menunjukkan foramnen rotundum, arahkan berkas sinar pada nasion dengan penyudutan sebesar 25-30 derajat ke caudad. Metode water’s juga dapat dipergunakan untuk menampakkan foramen rotundum.
  • Struktur yg ditampakkan :  
    • PA : orbita terisi oleh bayangan piramid petrosum , posterior etmoidal air cell, crista galli, frontal bone, frontal sinus. Dorsum sellae tampak seperti kurva yang berada diantara 2 orbita tepat dibawah etmoid air cell.
    • PA Cadwell : hampir sama dengan PA, anterior etmoidal air cell Schuller yang pertama kali menemukan proyeksi ini, dengan penyudutan 24 deratajat ke caudad.
  • Kriteria Evaluasi : 
    • Jarak antara sisi lateral skull ke sisi lateral orbita sama pada kedua sisi.
    • Petrous ridge symetris
    • Tulang petrosum berada 1/3 bagian posterior foramen orbital apabila dilakukan penyudutan 15 derajat ke caudad.
2. AP dan AP Axial Projection
  • Posisi pasien : Supine / duduk tegak 
  • Posisi obyek : 
    • atur MSP tegak lurus kaset 
    • atur OML tegak lurus kaset 
  • CR :
    • ap = tegak lurus 
    • ap axial = 10-15 derajat ke cephalad 
  • CP : 
    • nasion (AP axial) 
    • glabella (AP)
  • Untuk menampakkan frontal bone saja arahkan sinar-X pada pertengahan antara frontal tuberosity (eminance) dengan penyudutan ke caudad yang pararel dengan supraorbital line 
  • Struktur yang ditampakkan : Sama dengan proyeksi PA. TETAPI DALAM PROYEKSI AP ORBITAL MENGALAMI MAGNIFIKASI . 
3. Lateral Projection
  • Klinis
    • Fracture
    • Neoplastic process
    • Paget's disease
    • Infeksi
    • Tumor
    • Degenerasi tulang
  • Persiapan pasien
    • Lepaskan semua bahan logam, plastik dan benda-benda lain yang dapat mengganggu gambaran pada daerah kepala
  • Persiapan alat
    • Kaset dan film ukuran 24 x 30 cm
    • Alat fiksasi
    • Grid/lysolm
  • Posisi pasien
    • Prone atau duduk tegak, recumbent, semiprone (Sim's) Position
  • Posisi objek
    • Atur kepala true lateralm dengan bagian yang akan diperiksa deka degan IR, tangan yang sejajar dengan bagian yang diperiksa berada di depan kepala dan bagian yang lain lurus di belakang tubuh.
    • Atur MSP paralel terhadap IR, pastikan tidak ada rotasi maupun tilting
    • Atur interpupilary line tegak lurus IR, pastikan tidak ada tilting pada kepala
    • Atur agar IOML // dengan IR
  • CR : tegak lurus terhadap IR
  • CP : 2 inch ke superior MAE
  • SID : min 100 cm
  • Tahan nafas pada saat eksposi
  • Catatan : pada pasien dengan posisi recumbent pemberian fiksasi di bawah dagu akan embantu agar posisi dapat true lateral
  • Struktur yang ditampakkan : bagian yang menempel dengan film ditampakkan dengan jelas. Sella tursika mencakup anterior dan posterior clinoid dan dorsum sellae ditampakkan dengan jelas.
4. PA Axial (Cadwell Method)
  • Klnis : skull fracture (medial dan lateral displacement), neoplastic process dan paget's dissease
  • Posisi pasien : prone atau erect position
  • Posisi Obyek :
    • atur hidung dan os frontal menempel pada meja/permukaan bucky.
    • fleksikan leher agar OML tegak lurus IR, atur MSP tegak lurus pertengahan grid atau meja/permukaan bucky untuk menghindari rotasi atau tilting pada kepala.
  • CR : 15 derajat caudad menuju nasion
  • CP : os occipital menuju ke nasion 
  • FFD : 100 cm (40 inchi) 
  • Tahan nafas saat eksposi 
  • Catatan :
    • alternatif penyudutan sinar 25- 30 derajat ke caudad untuk dapat menunjukkan supra orbital fissure (tanda panah hitam) dan bagian inferior orbital. 
    • semakin kecil penyudutan arah berkas sinar ke caudad dan atau semakin besar sudut saat leher flexi maka pyramida petrous akan tampak pada bagian superior orbita. 
    • alternatif AP AXIAL PROJECTION : untuk pasien yang tidak dapat diposisikan PA (pada pasien trauma), proyeksi AP Axial dengan penyudutan 15 derajat ke cephalad dapat dilakuka dengan OML tegak lurus IR
  • STRUKTUR YANG DITAMPAKKAN : 
    • greater and lesser sphenoid wings, frontal bone, superior orbital fissure, frontal dan anterioor ethmoid sinuses, superior orbital margin, dan crista galli. 
    • PA dengan 25- 30 derajat caudad : tampak foramen rotundum pada masing-masing inferior orbital rim dan superior orbital fissure tampak dalam orbital. 
    • PA dengan 15 derajat caudad : pyramida petrouse tampak dikuadran 3 orbital, superior orbital margin tampak tidak superposisi.
5. PA Axial (Haas Mehod)
  • Klinis : occipital bone, petrous pyramid, dan foramen magnum dengan dorsum sellae serta posterior clinoid tampak jelas.
    Pemeriksaan ini adalah pemeriksaan alternatif apabila pasien tidak dapat memflexikan leher mereka pada proyeksi TOWNE. Pemeriksaan ini menghasilkan gambaran occipital dengan magnifikasi yang lebih besar tetapi memberikan dosis radiasi yang lebih rendah pada daerah facial serta kelenjar thyroid. hal ini tidak diajurkan saat tulang occipital menjadi obyek utama karena magnifikasi yang lebih besar.
  • Posisi pasien : prone atau erect
  • Posisi obyek :
    • atur hidung dan os frontal menempel pada permukaan meja/bucky. 
    • fleksikan leher. Atur OML tegak lurus terhadap IR 
    • atur MSP kepala sejajar dengan pertengahan grid. - pastikan tidak ada rotasi/tilting (MSP tegak lurus terhadap IR)
  • CR : 25 derajat cephalad
  • CP : sinar menuju MSP melewati MAE 
  • FFD : 100 cm 
  • Tahan nafas saat eksposi 
  • Struktur Yang ditampakkan : occipital bone, petrous pyramid, dan foramen magnum, dengan dorsum sellae dan posterior clinoid tampak berada pada foramen magnum
6.  AP Axial Projection (Towne Method)
  • Klinis : Pada pemeriksaan sella tursika metode ini dilakukan untuk menunjukkan adanya pituitary adenomas. 
    • Shielding : lindungi daerah leher ke bawah
  • Posisi Pasien : supine atau erect 
  • Posisisi obyek :
    • atur bagian kepala posterior menempel meja/permukaan bucky 
    • fleksikan leher agar IOML tegak lurus IR 
    • atur MSP tegak lurus midline grid atau meja/permukaan bucky.
  • CR : 
    • 30 derajat ke caudad apabila OML tegak lurus IR
    • 37 derajat ke caudad apabila IOML tegak lurus IR 
  • CP : 1,5 inchi (4 cm) superior glabella. 
  • Tahan nafas saat eksposi 
  • Struktur yang ditampakkan : dorsum sellae, anterior dan posterior clinoid process (tergantung pada CR angulation), foramen magnum, petrous ridge, dan occipital bone.
    • 37 derajat : dorsum sella dan posterior clinoid process tampak berada pada foramen magnum
    • 30 derajat : anterior clinoid tampak dengan jelas, jauh dari kedua petrous ridge, berada diatas foramen magnum, dorsum sellae tampak diatas foramen magnum, superimposisi dengan occipital bone.
7. Lateral Position ( Right or Left Lateral Sella Tursica)
  • Klinis : Adenoma pituitary 
  • Teknik sama dengan lateral position skull seperti yang pertama dibahas, kecuali CP dan luas lapangan kolimasi yang diberikan. 
  • CP : ¾ inchi (2 cm) anterior dan ¾ inchi (2 cm) superior MAE 
  • Struktur yang ditampakkan :sella tursika, anterior dan posterior processus clinoideus, dorsum sellae dan clivus.
8. Submentovertex (SMV)
  • Penting : harus diketahui adanya indikasi fracture pada tulang-tulang cervical atau subluxsasi pada pasien dengan kasus trauma sebelum pemeriksaan ini dilakukan.
  • Klinis : kelainan patologi tulang pada daerah basal (inner temporal bone structure), basal skull fracture
  • Posisi pasien : erect atau supine, posisi duduk biasanya lebih nyaman untuk pasien, dimana bucky stand vertical.
  • Posisi obyek :
    • hyperekstensikan leher hingga IOML // IR/permukaan bucky 
    • vertex menempel pada kaset 
    • atur MSP tegak lurus meja/permukaan bucky, pastikan tidak ada rotasi ataupun tilting. 
    • Note :
      • SUPINE : ekstensikan leher pasien dengan kepala berada ditepi meja, ganjal kaset dan grid. Apabila hal ini tidak mungkin dilakukan, maka ganjal tubuh pasien dengan menggunakan bantal sehingga pasien dapat mengekstensikan leher dan vertex menyentuh permukaan meja. 
      • ERECT : apabila pasien tidak dapat mengekstensikan leher secara maksimal, maka atur kepala agar IOML tegak lurus terhadap IR. Atur kemiringan IR sesuai dengan kemampuan ekstensi leher pasien. 
      • Posisi ini sangat tidak nyaman, sehingga usahakan agar pemeriksaan dilkakukan dengan waktu sesingkat mungkin
  • CR : Tegak lurus IOML 
  • CP : 4 cm inferior sympisis mentale setinggi MAE (pada pertengahan kedua angulus mandibula).
  • FFD : 100 cm 
  • Tahan nafas saat eksposi 
  • Struktur yang ditampakkan : arc zygomaticum.
CONCLUSION :
BASIC AND SPECIAL PROJECTION SKULL SERIES :

BASIC : 
  1. AP Axial (Towne Methode)
  2. Lateral 
  3. PA Axial 15 derajat (Cadwell methode) atau PA Axial 25-30 derajat
  4. PA
SPESIAL : 
  1. Submentovertex (SMV) 
  2. PA Axial (Haas Methode)

 

 Sumber : http://catatanradiograf.blogspot.com/2010/06/teknik-radiografi-skull.html

RADIOGRAFI THORAX

RADIOGRAFI THORAX



Fungsi Paru-paru sangat penting sekali bagi tubuh manusia. Sebab tanpa paru-paru manusia tidak bisa bernafas dan akhirnya mati. Fungsi Paru-paru yang paling utama adalah mengeluarkan karbondioksida saat manusia bernafas.
Paru-Paru dan Fungsi Paru-ParuParu-paru berada di dalam rongga dada manusia sebelah kanan dan kiri yang dilindungi oleh tulang-tulang rusuk. Paru-paru terdiri dari dua bagian, yaitu paru-paru kanan yang memiliki tiga gelambir dan paru-paru kiri memiliki dua gelambir.
Paru-paru sebenarnya merupakan kumpulan gelembung alveolus yang terbungkus oleh selaput yang disebut selaput pleura.

Fungsi Paru-paru
Paru-paru merupakan organ yang sangat vital bagi kehidupan manusia karena tanpa paru-paru manusia tidak dapat hidup. Dalam Sistem Ekskresi, Fungsi Paru-paru untuk mengeluarkan karbondioksida (CO2) dan uap air (H2O).
Didalam paru-paru terjadi proses pertukaran antara gas oksigen dan karbondioksida. Setelah membebaskan oksigen, sel-sel darah merah menangkap karbondioksida sebagai hasil metabolisme tubuh yang akan dibawa ke paru-paru. Di paru-paru karbondioksida dan uap air dilepaskan dan dikeluarkan dari paru-paru melalui hidung.
Kelainan-kelainan pada Fungsi Paru-paru, diantaranya adalah :
  1. Asma atau sesak nafas yaitu kelainan yang disebabkan oleh penyumbatan saluran pernafasan yang diantaranya disebabkan oleh alergi terhadap rambut, bulu, debu atau tekanan psikologis.
  2. Kanker Paru-Paru yaitu gangguan paru-paru yang disebabkan oleh kebiasaan merokok. Penyebab lain adalah terlalu banyak menghirup debu asbes, kromium, produk petroleum dan radiasi ionisasi. Kelainan ini mempengaruhi pertukaran gas di paru-paru.
  3. Emphysema adalah penyakit pembengkakan paru-paru karena pembuluh darahnya terisi udara.
Upaya menghindari dan mengatasi kelainan-kelainan pada fungsi paru-paru adalah dengan menjalankan pola hidup sehat, diantaranya :
  1. Mengatur pola makan dengan mengkonsumsi makanan yang sehat dan bergizi secara teratur .
  2. Berolah raga dengan teratur .
  3. Istirahat minimal 6 jam per hari .
  4. Mengindari konsumsi rokok, minum minuman beralkohol dan narkoba .
  5. Hindari Stress.

 Tujuan pemeriksan foto thoraks :
Menilai adanya kelainan jantung, misalnya : kelainan letak
jantung, pembesaran atrium atau ventrikel, pelebaran dan penyempitan
aorta.
Menilai kelainan paru, misalnya edema paru, emfisema paru, tuberkulosis paru.
Menilai adanya perubahan pada struktur ekstrakardiak.
Gangguan pada dinding toraks • Fraktur iga • Fraktur sternum
Gangguan rongga pleura • Pneumotoraks • Hematotoraks • Efusi pleura

Gangguan pada diafragma • Paralisis saraf frenikus

Menilai letak alat-alat yang dimasukkan ke dalam organ di rongga toraks misalnya: EET, CVP, NGT dll


Foto Thorax Proyeksi PA

Pathologi
-efusi pleura, pneumothorax, atelectasis

posisi pasien
-Pasien diposisikan erect menghadap bucky stand, dagu di angkat
-Tangan di pinggang, telapak tangan keluar, dan siku ditekan ke depan
shoulder dirotasikan ke depan agar scapula menjauh dari bidang paru-paru

Posisi Obyek
-MSP sejajar dengan garis tengah kaset
-pastikan tidak ada rotasi pada thorax
                                                                     Posisi Pasien
FFD : 180 cm

CR : horizontal

CP : pada MSP setinngi thoracal 7 ( 18 - 20 dibawah vertebra prominen atau pada inferior 




Gambar yang ditampakkan
terlihat keseluruhan lapangan paru, dari apex paru sampai sinus costoprenicus tidak terpotong, udara pada trakea, tampah hilum, tampak jantung, tampak pembuluh darah besar 

 

FOTO THORAX POSISI AP

  • Pasien diposisikan setengah duduk atau supine di atas meja pemeriksaan/brandcar.
  • Kedua lengan lurus disamping tubuh.
  • Kaset di belakang tubuh, MSL // grs tengah kaset
  • FFD: 150 cm
  • CR tegak lurus kaset, CP pada MSL setinggi CV TH VI
  • Beri marker L / R
  • Eksposi pada saat pasien tahan nafas setelah inspirasi penuh

KRITERIA FOTO THORAX POSISI AP :

  • Tampak gambaran thorax proyeksi AP
  • Batas atas apex paru
  • Batas bawah sinus costophrenicus
  • Dinding lateral tidak terpotong
  • CV TH sampai ruas ke empat
  • Diafragma mencapai iga IX belakang
  • Tampak bayangan bronchus
  • Marker L / R & identitas pasien
  • Foto simetris

FOTO THORAX POSISI LATERAL

  • Pasien diposisikan erect, MSP // kaset
  • Kedua lengan dilipat di atas kepala
  • Pasang Marker L / R sesuai dengan sisi yang dekat ke kaset
  • FFD: 150 cm,
  • CR : horizontal
  • CP kira-kira satu inci ke depan dari MCL setinggi CV TH VI
  • Eksposi pada saat pasien tahan nafas setelah inspirasi penuh
 
KRITERIA GAMBARAN POSISI LATERAL:

  • Tampak gambaran thorax proyeksi lateral
  • Bagian Anterior mencakup gambaran sternum
  • Bagian Posterior mencakup Col.Vert. Thoracalis
  • Batas atas apex paru
  • Batas bawah sinus coctoprhenicus dan paru posterior
  • Gambaran iga-iga kiri dan kanan superposisi
  • Gambaran bahu tidak menutupi apex paru